FAKTOR PENYEBAB SISWA TIDAK MELANJUTKAN SEKOLAH
DARI SD KE SLTP
THE CAUSED FACTORS OF UNCONTINUED SCHOOL OF STUDENT FROM
ELEMENTARY SCHOOL TO JUNIOR HIGH SCHOOL
(CASE STUDY IN KABUPATEN MUARO JAMBI)
Joni Martin
Email:
Joni.martin73@yahoo.co.id
ABSTRACT
This paper aims to analyze the cause of uncontinued
student in Jambi Province. Since 2007 there are approximately 567 children, in
2008 increased to 1176, then in 2009 become 768 children. Many programs have
been launched such as the government’s nine year compulsory education program
until the operational school found program (BOS). This study used a qualitative
approach to collect data based on the deft-interviews, the results were
obtained will be analyzed descriptively. From the Analyzed results obtained some
factor that caused why the childrens didn’t proceed as well as the characteristics, those are cultural
factors, the ability of cost factor, aspirations factor, and and student motivations
and socialization governments.
Key word: School, Students,uncontinue
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri sebagai wujud dari perjuangan secara
menyeluruh dari rakyat Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah, mulai dari pada masa
penjajahan belanda, jepang dan pemberontakan dari dalam negeri. Perjuangan yang
secara ikhlas dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia membuahkan hasil yang
sangat membanggakan dengan ditandai progklamasi 17 Agustus 1945. Hal tersebut
sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa Negara Republik Indonesia telah
menjadi Negara yang merdeka dan berdaulat.
Sebagai sebuah Negara yang merdeka, maka Negara
kesatuan Republik Indonesia yang didirikan mempunyai tujuan yang mulia dalam
perjalanan bangsa dan Negara dikemudian harinya. Hal tersebut searah dengan
tujuan dari sebuah Negara, sebagaimana diungkapkan oleh Kranenburg yang dikutif
oleh Arfai[1]
menyatakan bahwa “ Negara bertujuan mengabdi kepada kehidupan, dengan cara
membuat kehidupan Negara lebih aman, sehat, dan maju. Negara yang melaksanakan
tugas tidak hanya untuk memenuhi tugas hukum, tetapi juga bentuk kesejahteraan,
tugas kebudayaan, pendidikan, ilmu kesenian. Negara harus memperhatikan keadilan
untuk seluruh bangsa.
Secara garis besarnya tujuan sebuah negara dalam era modern saat ini
adalah pertama, menciptakan keamanan
dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut sebagai faktor
penunjang dalam pelaksanaan kehidupan masyarakat dalam sebuah negara. Kedua, mewujudkan kesejahteraan
rakyatnya. Kedua tujuan Negara tersebut haruslah diwujudkan dan dilaksanakan
secara bersama-sama dan secara semultan, sehingga tercipta sebuah Negara yang
penuh dengan kedamaian dan kesejahteraan.
Terkait dengan tujuan kedua dari sebuah negara
yakni mewujudkan kesejahteraan masyarakat, banyak hal yang dapat diperjuangkan
dan diciptakan, salah satunya dalam bidang pendidikan yang merupakan faktor
dominan bagi sebuah negara untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Akan tetapi kisruh masalah kependidikan di indonesia masih menjadi sebuah
fenomenal besar yang menjadi tugas bagi pemerintah dalam menuntaskannya.
Pemerintah
baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan
dan program-program yang bertujuan untuk menambah anggaran pendidikan, namun
masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan
belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana
dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program lebih berorientasi pada
program sektoral. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi terpadu,
terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
Permasalahan
strategis di Provinsi Jambi tidak jauh berbeda dengan di pusat, yakni masih
kurangnya mutu pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang pendidikan, jika di
bandingkan dengan provinsi lain di pulau Jawa. Oleh karena itu, menjadi
tanggung jawab bersama, terutama pemerintah sebagai penyangga proses perbaikan
kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera mencari jalan
keluar dengan merumuskan langkah-langkah yang sistematis dan strategis sebagai
upaya peningkatan mutu dan pemahaman masayarakat akan pentingnya pendidikan
sekolah terutama di daerah kabupaten dan desa.
Pada
hakekatnya pembangunan pendidikan di daerah dianjurkan tidak hanya memusatkan
perhatian pada peningkatan mutu dan sarana penunjang sekolah saja namun juga
mempertimbangkan bagaimana kemampuan dan pemahaman masyarakat sekitar sekolah
akan pentingnya pendidikan dan kemana selanjutnya setelah pendidikan itu
tercapai.
Tingginya
angka siswa putus sekolah maupun tidak melanjutkan di Provinsi Jambi, menunjukkan
bahwa peranan pemerintah dan masyarakat masih belum optimal ini dibuktikan
dengan angka siswa putus sekolah dan tidak melanjutkan sejak tahun 2007 ada
sekitar 567 anak, tahun 2008 meningkat menjadi 1176, kemudian ditahun 2009
berkisar 768 anak. Banyak program yang telah diluncurkan pemerintah seperti
program wajib belajar 9 tahun sampai dengan program dana Bantuan Operasional
sekolah (BOS) guna membantu siswa/calon siswa tidak mampu masih belum menyentuh
dan mungkin masih ada masyarakat yang belum mengetahui hal tersebut. Jika
dibiarkan berlarut-larut nantinya akan berkaitan erat dengan masalah
pengangguran yang ada di suatu daerah hingga akan semakin menambah
kantong-kantong angka kemiskinan. Selanjutnya indikasi yang timbul kemudian
adalah semakin membesarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang
berhasilnya pembangunan di suatu daerah.
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka yang akan dijadikan rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak tidak melanjutkan
sekolah di Kabupaten Muaro Jambi?.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak tidak
melanjutkan sekolah di Kabupaten Muaro Jambi. Dengan harapan nantinya bermanfaat
bagi pengambil kebijakan dalam menentukan program program apa saja yang bisa
dikembangkan oleh pihak terkait dalam menyukseskan peningkatan kesejahteraan
melalui pendidikan dimasyarakat terutama dalam menindaki permasalahan siswa
yang tidak melanjutkan sekolah.
LANDASAN KONSEPTUAL
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, pembuatan mendidik. UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat,bangsa dan negara.
Kemudian menurut Ki Hajar Dewantara,
Pendidikan adalah segala upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.[2]
Pendidikan
dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya
otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan Pendidikan Dasar Negeri di
Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan Kementerian
Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang Standar
Nasional Pendidikan. Secara struktural, Sekolah Dasar Negeri merupakan unit
pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota[3].
Undang-undang No. 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam
bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan nasional mempunyai visi
yakni terwujudnya system pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang untuk menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu proaktif menjawab tanatang jaman yang
berubah. Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi
sebagai berikut:[4]
1.
Menyupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2.
Membantu dan memfasilitasi
pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat
dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3.
Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas
proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini bersifat Deskriptif Analisis, dengan tipe pendekatan penelitian sosiologis,
dengan maksud untuk melihat dan meneliti serta menggambarkan secara langsung
bagaimana kenyataan dan fakta dimasyarakat mengenai pendidikan. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Purposive sampling, yakni pengambilan sampel berdasarkan kriteria
tertentu sesuai dengan kondisi kedudukan
para responden. Sehingga dianggap mengetahui masalah yang akan diteliti dan
mewakili populasi dari lingkup penelitian ini.
Adapun sampel area yang akan penulis teliti
adalah di Kabupaten Muaro Jambi dengan alasan karena Kabupaten Muaro Jambi
adalah kabupaten terdekat dari pusat ibukota provinsi yang seharusnya bisa
lebih mendapatkan perhatian dari dinas terkait yakni dinas pendidikan. Sesuai
dengan lingkup penelitian maka penulis hanya mengambil 1(satu) Unit Pelaksana
Pendidikan Kecamatan (UPPK), yakni UPPK Sekernan, yang diambil berdasarkan
jumlh siswa putus sekolah terbanyak dan berada di ibukota kabupaten. Dari UPPK
ini kemudian diambil 2 desa sampel yakni desa Keranggan dan desa pulau kayu aro
yang memiliki angka siswa tidak melanjutkan tertinggi, berdasarkan LKIS dan
arus sekolah tahun 2010.
Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui Studi Dokumen dan Wawancara mendalam (deft interview) serta
intensif kepada responden terpilih guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan
dan berkaitan dengan objek penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Kabupaten Muaro Jambi adalah kabupaten yang terletak
dipinggiran Kota Jambi dengan luas 5246 Km2.. Terdiri
atas 8 kecamatan antara lain; Kecamatan sekernan, Kecamatan Ma. Sebo, Kecamatan
Jaluko, Kecamatan Kumpeh, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kecamatan Mestong, Kecamatan
Sei. Gelam, dan Kecamatan Sei Bahar. Yang masing-masing kecamatan sudah
terdapat unit pelayanan pendidikan kecamatan (UPPK) guna mengkoordinir
pelaksanaan pendidikan di daerah kecamatan.
Dengan total keseluruhan sekolah yang ada berjumlah 442 sekolah yang
terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, SMPT dan SMK.
Untuk Sekolah Dasar di kabupaten ini berjumlah 237 yang
tersebar di 8 kecamatan. Dengan total jumlah siswa di tahun 2009 sebanyak
42.447 siswa. Selanjutnya melalui tabel berikut dapat dilihat jumlah sekolah,
jumlah siswa putus sekolah dan jarak tempuh masing-masing kecamatan.
Tabel 2. Jumlah Sekolah di kabupaten Muaro Jambi berdasarkan LKIS tahun 2010.
Tabel 2. Jumlah Sekolah di kabupaten Muaro Jambi berdasarkan LKIS tahun 2010.
No
|
Kecamatan
|
Jumlah SD/setara
|
Jumlah SLTP/setara
|
Jarak Tempuh Desa dari Pusat Kabupaten (KM)
|
Jumlah Siswa SD Putus Sekolah
|
1
|
Jaluko
|
33
|
9
|
50
|
6
|
2
|
Mestong
|
31
|
8
|
14
|
9
|
3
|
Kumpeh Ulu
|
23
|
11
|
48
|
11
|
4
|
Sekernan
|
29
|
19
|
0
|
35
|
5
|
Maro sebo
|
26
|
6
|
14
|
13
|
6
|
Kumpeh
|
24
|
10
|
100
|
34
|
7
|
sungai Bahar
|
45
|
16
|
185
|
8
|
8
|
Sungai Gelam
|
26
|
18
|
80
|
15
|
Total
|
237
|
97
|
131
|
Sumber data: LKIS Tahun 2010 Kemendikdas Muaro
Jambi dan NPSN Kab. Muaro Jambi
Tabel 3. SMP/setara yang bisa
diakses oleh lulusan SD/setara di desa sampel:
No
|
NPSN
|
Nama
Sekolah
|
Status
Sekolah
|
Alamat
Sekolah
|
1
|
10502804
|
SMPN 01 Muaro Jambi
|
Negeri Dibawah
Diknas
|
MUARO JAMBI
|
2
|
10502810
|
SMPN 21 Muaro Jambi
|
Negeri Dibawah
Diknas
|
DS. KEDOTAN
|
3
|
10502815
|
SMPN 26 Muaro Jambi
|
Negeri Dibawah
Diknas
|
SEKERNAN
|
4
|
10502816
|
SMPN 15 Muaro jambi
|
Negeri Dibawah
Diknas
|
KEL. SENGETI
|
5
|
10502822
|
SMPN 05 Muaro Jambi
|
Negeri Dibawah
Diknas
|
MUARO JAMBI
|
6
|
10503057
|
MTSN Sengeti
|
Negeri Dibawah
Depag
|
Kel. Sengeti
|
7
|
10503063
|
MTSS Annajah
|
Swasta Dibawah
Depag
|
RT. 16 Kel Sengeti
|
8
|
10503067
|
MTSN Berembang
|
Negeri Dibawah
Depag
|
Desa Berembang
|
9
|
10503096
|
MTSS Jauharul Iman
|
Swasta Dibawah
Depag
|
Senaung
|
10
|
10505982
|
SMPN 1 Atap Danau
Saung
|
Negeri Dibawah
Diknas
|
Desa Tantan
|
Sumber
data: NPSN di Kab. Muaro Jambi
No
|
Nama
Desa
|
Nama
SMP/Setara
|
Jarak
Tempuh
(KM)
|
1
|
Desa Keranggan
|
SMPN 01 Muaro Jambi
|
|
SMPN 21 Muaro Jambi
|
|||
SMPN 26 Muaro Jambi
|
|||
SMPN 05 Muaro Jambi
|
|||
MTSN Sengeti
|
|||
MTSS Annajah
|
|||
MTSN Berembang
|
|||
MTSS Jauharul Iman
|
|||
SMPN 1 Atap Danau
Saung
|
|||
2
|
Desa Pulau Kayu Aro
|
SMPN 01 Muaro Jambi
|
|
SMPN 21 Muaro Jambi
|
3
|
||
SMPN 26 Muaro Jambi
|
|||
SMPN 05 Muaro Jambi
|
5
|
||
MTSN Sengeti
|
4
|
||
MTSS Annajah
|
4
|
||
MTSN Berembang
|
6
|
||
MTSS Jauharul Iman
|
6
|
||
SMPN 1 Atap Danau
Saung
|
2
|
||
Karakteristik wilayah
Desa pulau kayu aro terletak dipinggir jalan utama menuju
pusat kabupaten dengan jarak tempuh berkisar 10-15 menit dengan menggunakan
kendaraan bermotor. Kondisi jalan di desa ini tergolong bagus karena sebagian
besar sudah diaspal dan bisa ditempuh oleh kendaraan roda 4. Sementara desa keranggan adalah desa seberang
yang hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai. Kondisi wilayah berada ditengah
sungai.
Mata pencaharian utama warga dahulu adalah karyawan soumil
dan berkayu sehingga desa ini dikenal sebagai desa maju dan kaya, akan tetapi semenjak
ilegal loging diterapkan, kedua desa ini mengalami kemuduran dan warga yang
biasa mendapatkan uang lebih menjadi kesulitan hingga merubah pola mata
pencaharian ke bertani dan beternak tanpa ada usaha lain. Bentuk rumah didesa
ini sebagian besar rumah panggung, dan sebagian lagi rumah permanen.
Factor-Faktor Penyebab Siswa
Tidak Melanjutkan Sekolah
Faktor budaya masyarakat
Karakter
yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi terbentuknya budaya. Budaya merupakan suatu kebiasaan yang
diwariskan secara turun temurun yang kemudian berkembang di masyarakat setempat
hingga menjadi satu bagian yang utuh yang membekas. Sebagaimana yang dikatakan
Melvile j herskovittj dan bronislawmalinowski[5]
yang mengemukakan bahwa segala yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.
Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa faktor budaya masyarakat masih mendominasi terhadap
keinginan masyarakat setempat untuk menerima masukan dari luar, yang
berpengaruh terhadap moral dan tingkah laku. Di daerah sampel, budaya seperti
anak perempuan harus kerja didapur, kemudian budaya kerja dari kecil, masih
besar pengaruhnya bagi kehidupan anak. Hal ini tergambar dari penjelasan salah
seorang warga Pak Toni[6]
”…kenapa harus sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya anak perempuan harus
bekerja didapur…”.
Hal senada juga dikatakan oleh salah seorang orang tua
siswa Jasri:
“
kami disini rata-rata tidak mempunyai sekolah tinggi, tapi kami bisa hidup dan
bekerja sebagaimana orang-orang, sekarang yang penting bukan sekolah tapi
bagaimana cara bisa mendapatkan uang”.
Dari pendapat diatas juga diketahui bahwa masih rendahnya
tingkat pendidikan orang tua didesa memberikan transper pemahaman yang salah
kepada anak akan arti pentingnya pendidikan, hingga anak bergaul dengan
teman-teman sebaya yang tidak melanjutkan, dan terhadap anak perempuan menjadi
tertanam dibenak mereka bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.
Faktor Tingkat Keterjangkauan Biaya
Tingkat keterjangkauan masyarakat terhadap Biaya pendidikan pada dasarnya sudah
dipenuhi oleh pemerintah melalui dana BOS, BOSDA serta bantuan beasiswa
lain-lain seperti BSM. Akan tetapi ada tanggapan warga
yang masih merasa terbebani biaya lain seperti buku pelajaran disamping buku pelajaran wajib,
diserahkan kepada anak yang bersedia untuk membeli dan tidak ada paksaan, biaya
pribadi seperti (seragam, perlengkapan, transportasi) ditanggung oleh orang tua
siswa. Dan rata-rata untuk seragam awal masuk berkisar antara Rp.380.000/siswa.
Disamping biaya wajib diatas biaya transportasi menuju
kesekolah menjadi salah satu faktor juga yang menyebabkan orang tua merasa
keberatan, karena rata-rata
dari daerah SD sampel terpilih untuk menuju kesekolah SMP terdekat memakan biaya antara 5-10 ribu pulang pergi,
(naik Pompong 2000, angkutan kota/ojek 3000.) jika kondisi hujan maka
beberapa SMP/setara hanya bisa ditempuh dengan kapal POMPONG dan dilanjutkan
dengan berjalan kaki.
Faktor aspirasi dan motivasi siswa
Dari responden yang dipilih rata-rata
tingkat keinginan anak untuk sekolah masih tinggi, walaupun sebagian anak
menyatakan tidak mau melanjutkan lagi dikarenakan malu dengan teman yang sudah
melanjutkan terlebih dahulu kesekolah umum, dan ada juga yang ketika ditanya
mengenai keinginan sekolah kembali, menyerahkannya kepada orang tua apakah
boleh bersekolah atau tidak.
Disamping
itu sebagian besar orang
tua anak tidak melanjutkan masih buta hurup. Hingga tidak
terlalu ambil pusing dan terlalu menanggapi yang kemudian diserahkan kembali
kepada si anak tanpa ada merasa memberikan pengertian serta pembebanan kepada
si anak untuk tetap terus melanjutkan sekolah.
Faktor Sosialisasi Pemerintah
Ada yang
menarik dari hasil wawancara terhadap beberapa warga di desa keranggan. Dari 5
orang tua siswa yang tidak melanjutkan yang saat wawancara juga didampingi oleh
kepala desa dan guru sekolah, mengatakan kekecewaan warga terhadap realisasi
janji pemerintah untuk membentuk sekolah satu atap. Didesa ini pernah ada
sosialisasi dari Pemerintah kabupaten yang didampingi oleh kementrian
Pendidikan Nasional menjanjikan kepada warga untuk membentuk dan mendirikan
sekolah satu atap. Selanjutnya sebagai inisiatif dari warga terhadap janji dari
tersebut warga secara gotong royong melakukan sumbangan guna membeli tanah
sebagai lokasi tempat akan didirikannya sekolah satu atap. Akan tetapi sampai
saat ini sekolah tersebut tidak didirikan dan malah didirikan didesa yang
menurut warga setempat berada didesa yang penduduknya sedikit.
Hal ini
selanjutnya menjadi satu kecaman hebat dari warga terhadap sosialisasi yang
diberikan oleh pemerintah kepada desa. Banyak orang tua siswa yang terjebak
akan hal ini yang menyebabkan sebagian anak tidak melanjutkan sekolah
sebagaimana yang dikatakan oleh ismail orang tua dari ayu ridha[7]
:
“kami
untuk memasukkan anak kesekolah seberang agak sedikit terbentur biaya,
kebetulan kamarin katanya akan didirikan sekolah satu atap didesa kami, kami
sangat berharap akan hal tersebut tapi kelihatannya sampai saat ini belum juga,
jadi anak kami tidak melanjutkan keluar karena diluar sudah tutup pendaftaran…”
Hal tersebut dibenarkan oleh pihak
kanwil pendidikan nasional kabupaten, M. Zen[8]
yang mengatakan:
” Dulu pernah ada
survey dari diknas pusat didampingi oleh diknas pusat, tapi dikarenakan salah
satu syarat untuk pembentukan sekolah satu atap didesa tersebut tidak terpenuhi
yakni jarak minimal 3 KM dari sekolah negeri terdekat maka dibangun desa lain”.
Disisi lain Upaya pemerintah kabupaten
masih sangat kurang dalam mensosialisaikan pendidikan karena dari temuan, beberapa
warga merasa belum pernah dilakukan kunjungan oleh pihak kabupaten secara
langsung dan berkala, disamping itu ada satu program paket B bagi
masyarakat yang
dilaksanakan sebagian tidak tepat sasaran karena tim pengajar dari tokoh desa
dan dilaksanakan 2x seminggu.
PEMBAHASAN
Dalam masyarakat Amerika sebagaimana yang dikatakan oleh
Sayidiman[9] ada
keyakinan bahwa liberalisme adalah yang paling cocok untuk membawa kemajuan.
Oleh sebab itu, pendidikan paling rendah sampai yang paling tinggi berpedoman
pada pendidikan liberal. Sebaliknya dulu di bekas Uni Soviet pendidikan
berpedoman pada komunisme yang berbeda sekali dengan pandangan liberal. Di
Jepang pandangan hidup yang mengutamakan solidaritas masyarakat berpengaruh
kepada seluruh aspek kehidupan dan juga menjadi pedoman bagi penyelenggaraan
pendidikan. Terbukti bahwa masing-masing dapat menghasilkan pendidikan bermutu
bagi masyarakatnya. Sebab, pedoman itu membawa perkembangan pemikiran dan
perasaan yang sesuai dengan pandangan masyarakatnya. Itu kemudian menjadi
kekuatan utama dalam meraih dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Bangsa Indonesia secara resmi telah menetapkan Pancasila
sebagai dasar negara. Itu berarti bahwa semua sistim yang berlaku diindonesia harus
berpedoman pada Pancasila yang meliputi sistem nilai yang luas, tidak
terkecuali dengan sistim pendidikan. Memang secara formal hal itu dinyatakan
dalam Undang-Undang Pendidikan maupun berbagai ketentuan lainnya. Akan tetapi,
dalam kenyataannya pancasila belum menjadi pandangan dan sikap hidup
masyarakat. Sejak Indonesia berdiri sebagai negara merdeka, bangsa kita telah
dibombardir dengan berbagai ideologi dan pandangan hidup yang berbeda dari
Pancasila. Banyak pihak berkepentingan untuk menguasai alam pikiran bangsa
Indonesia. Sedangkan dalam tubuh bangsa kita sendiri ada yang lebih condong
kepada pandangan hidup yang berbeda dari Pancasila. Yang lebih dasar dalam
pembentukan ideologi dan pandangan hidup sebagaimana yang diinginkan oleh
pancasila adalah dimulai dari pendidikan di taman kanak-kanak, sekolah dasar,
dan sekolah menengah. Apabila pada tingkat itu kita tidak dapat mewujudkan
landasan berpikir dan bertingkah laku, maka hasil pendidikan tinggi juga sukar
memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara. Apalagi jika pendidikan
tersebut terputus sejak awal yakni ditingkat sekolah dasar.
Dalam kondisi sekarang tidak akan mungkin memutuskan jenjang
pendidikan. Karena usaha yang efektif untuk menjadikan pendidikan sebagai pedoman
dalam setiap aspek kehidupan bangsa, tidak akan bisa di tolerable. Segala aspek teknis pendidikan baru akan membawa manfaat
konkret dan jangka panjang apabila pendidikan diikuti secara berkelanjutan dan
berjenjang hingga pembentukan perilaku dan berpikir oleh si anak sebagai
landasan awal mereka menjalani kehidupan baik dalam berkeluarga sampai dengan
berhadapan dengan alam pekerjaan akan mudah dilalui.
Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya memperlihatkan
beberapa faktor penyebab anak tidak melanjutkan sekolah, sedikit terlihat
perbedaan dan pemahaman dari masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup serta
pembinaan watak dan tingkah laku si anak guna menjalani hidup yang berpikir dan
bertingkah laku sebagaimana amanat dari dasar negara yakni Pancasila. Penyebab
siswa tidak melanjutkan sekolah sebenarnya terdapat di peranan pemerintah dalam
mensosialisasikan pentingnya pendidikan kepada masyarakat. Hal ini ditunjukkan
dengan masih adanya orang tua siswa yang buta huruf. Padahal daerah tersebut
berada hanya beberapa Kilometer dari pusat kota.
Disamping itu, dikaitkan dengan kemakmuran suatu daerah
bukan semata-mata ditentukan oleh ketersediaan sumber daya alam yang cukup. Perlu
disadari bahwa sumber daya alam bersifat statis dan tidak dapat diperbaharui
atau ditingkatkan, berbeda dengan sumber daya manusia yang selalu dinamis dan
progresif, dapat ditingkatkan dari waktu kewaktu. Oleh sebab itu upaya pengembangan
dan peningkatan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan menjadi
mutlak diperlukan. Lembaga pendidikan merupakan tempat yang strategis untuk
meningkatan kapasitas dan penjaga keberlanjutan (sustainable) dari waktu ke
waktu. Maka hancurnya peradaban suatu bangsa karena gagalnya lembaga pendidikan
dalam menjalankan fungsinya[10].
Pada hakekatnya, jika kita kembali membaca misi dari
Pendidikan Nasional yang menyupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu, membantu dan memfasilitasi pengembangan
potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar, serta meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas
proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral,
masih belum tuntas pekerjaan bagi pemerintah untuk menjalankan misi yang telah
ditetapkan. Karena pada prinsipnya anak adalah
mahluk yang kreatif, namun demikian kreativitas akan tumbuh pada diri seseorang
anak apabila terdapat kebebasan baik kebebasan berpikir, kebebasan bertindak,
kebebasan ruang gerak dan waktu. Kreativitas itu dapat berkembang tetapi dapat
hilang sirna, disinilah peran orang tua yang harus dominan dan memberi
kesempatan kepada anak untuk berinisiatif dan kreatif. Karena potensi yang
dimiliki anak bisa terdesak oleh hal-hal yang sebenarnya di luar perhatiannya.
Paradigma budaya yang masih menggejala di lingkungan masyarakat kita selama ini
yang belum bergeser pada tindakan peningkatan Sumber daya manusia yang handal
akan tetapi masih berputar pada adat kebiasaan yang seharusnya sudah
dihilangkan dan dikurangi semenjak perubahan jaman yang menghendaki kualitas
dan persaingan dalam mencari pekerjaan dan penghidupan haruslah menjadi perhatian
yang intensif dari pemerintah, bukan hanya daerah kabupaten/kota, provinsi akan
tetapi juga dari pemerintah pusat.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Karakteristik suatu
wilayah sangat mempengaruhi budaya yang berkembang dimasyarakat, hal ini yang menimbulkan
beberapa faktor penyebab angka putus sekolah menjadi tinggi. Seperti budaya
masyarakat yang mendominasi terhadap keinginan masyarakat setempat untuk
menerima masukan dari luar yang berpengaruh terhadap moral dan tingkah laku.
Kemudian tingkat keterjangkauan biaya yang relatif masih tinggi bagi daerah
yang rata-rata penghasilan penduduknya dari pertanian tidak tetap, disamping
itu kurangnya motivasi dari orang tua terhadap siswa menyebabkan pupusnya
aspirasi siswa untuk melanjutkan. Peranan pemerintah yang kurang juga menjadi
salah satu faktor penyebab tingginya angka putus sekolah hal ini dibuktikan
dengan masih kurangnya pemahaman warga terhadap pentingnya pendidikan bagi
anak.
Saran
Dari hasil penelitian diatas saran yang bisa
direkomendasikan adalah:
1.
Program beasiswa kepada siswa
kurang mampu hendaknya harus lebih diintensifkan hal ini untuk menunjang
kemampuan orang tua dalam mengatasi permasalahan keterjangkauan biaya diluar
biaya yang dianggarkan oleh dana bantuan operasional sekolah dan lain-lain.
2.
Memberikan program aksara (paket
A) bagi orang tua yang buta hurup serta melakukan sosialisi intensif kepada
orang tua dan siswa yang belum melanjutkan agar aspirasi dan motivasi baik dari
orang tua dan siswa bsa tetap dipertahankan.
3.
Sosialisasi kepada desa melalui tokoh agama dan adat, serta membuka
wawasan warga yang masih dilingkupi pemikiran jangka pendek dan kemudian Perlu
adanya koordinasi dan program terpadu oleh pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten terhadap UPPK dan PKBM yang seharusnya lebih berperanan dalam
menyukseskan program Wajar bagi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Puja “Pengaruh Lingkungan Terhadap Pendidikan Anak” didownload melalui http://puja.blog.uns.ac.id/2009/05/27/pengaruh-lingkungan-terhadap-pendidikan-anak/
Roni Syarif Definisi pendidikan menurut para ahli didownload melalui Http://www.scribd.com/definisi_pendidikan_menurut_para
ahli.
Ravi Dwi Wijayanto “Analisis Pengaruh PDRB,
Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap kemiskinan Di Kabupaten / Kota Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2008” Skripsi tahun 2010.
Undang-undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional.
* Hasil
pengumpulan data penelitian kerja sama
dengan Puslitjak Kemendiknas pada tahun 2010, dengan judul “Analisis Kebijakan
Peningkatan Kesempatan Melanjutkan Pendidikan Dari SD/Setara Ke SMP/Setara”.
[1] Arfai dkk, Makalah seminar sehari “ Pergeseran etika politik politisi
dilihat dari UUD 1945”fakultas Hukum universitas jambi 2009.
[2]Roni Syarif Definisi pendidikan menurut para ahli
(Http://www.scribd.com/definisi_pendidikan_menurut_para ahli. diakses 02
Desember 2011)
[3]Kementrian pendidikan nasional; (http: // www. kemdiknas. go.id /
kemdiknas / Pendidikan Dasar_(Satuan_Pendidikan), diakses 10 Juli 2011).
[4] Muzib zunun.2011. tekan Pendidikan menengah dalam kebijakan
pendidikan nasional (http://www.scribd.com/doc/11710036/Makalah-Pendidikan-Menengah-Dalam-Kebijakan-Pendidikan-Nasional, diakses 02 desember 2011)
[5] Didownload melalui http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html#definisi
[6] Wawancara pada tanggal 21 oktober 2010.
[7] Wawancara pada tanggal 22 Oktober 2010
[8] Wawancara dengan Kasi Pendidikan sekolah dasar dan MTS Diknas Kab.
Muaro Jambi.
[9] Sayidiman Suryohadiprojo “Hubungan
Kondisi Masyarakat dengan Pendidikan” http://64.203.71.11/kompas-cetak/0403/29/opini/885342.htm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar