Minggu, 30 Januari 2011

Rokok...


Disetiap tempat pendidikan rata2 baik itu pesantren maupun sekolah umum memberikan larangan kepada siswanya untuk merokok bahkan sanksinya sangat berat bagi siswa dengan pemanggilan orang tua kesekolah atau bahkan sanksi lebih keras lainnya seperti di lembaga pendidikan formil militer sanksi fisik merupakan ganjaran bagi sipelanggar.
Ada satu kisah di pondok pesantren yang sangat melarang keras santrinya untuk merokok, namun walau demikian tetap ada saja santri2 yang melanggar dan mencari-cari kesempatan untuk melaksanakan niatnya merokok ditempat sepi secara sembunyi-sembunyi, seperti cerita berikut:
Disuatu malam Seorang santri yang kebelet ingin merokok segera pergi ketempat gelap, seperti biasanya dia sembunyi untuk merokok bersama teman-temannya. Akan tetapi saat itu hanya ada satu orang yang tampak sedang asyik menghisap rokoknya.
Santri; bang, join rokoknya ya...’ katanya sambil menyodorkan jari tengah dan telujuknya”
Temannya, langsung menyerahkan rokok yang dipegangnya.
Santri perokok langsung mengisapnya ” alhamdulillah, nikmatnya...” katanya dengan isapan kedua.
Rokok semakin menyala dan...??
Dalam gelap dengan bantuan nyala rokok lamat-lamat ia baru sadar siapa yang sedang dimintainya rokok, namun santri belum yakin dan diteruskan dengan hisapan ketiga hingga lebih terang...
“astaga.... “ kata sang santri...
Sang santri pun kabur tunggang langgang setelah melihat wajah teman merokoknya.
Sang teman pun memanggil, “Woy balikkan rokok ku... itu tinggal satu-satunya...”
Ayo tahukah anda siapa yang teman sang santri...???? (Hanya sang santri yang tahu dan anda yang bisa menebaknya...!!!)
Namun dari kisah diatas satu hal yang dapat kita petik pelajaran bahwa setiap perbuatan pasti ada ganjaran dan perbuatan tersebut pasti ada yang lebih dahulu membuatnya begitu terus hingga sampai nantinya hanya yang Esa yang bisa menghentikan semua itu.

Minggu, 23 Januari 2011

BAHASA DAERAH SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI

Sadarkah anda bahwa setiap mendengarkan sebuah pidato serta penyampaian materi baik dalam seminar maupun dalam perkuliahan anda akan mengalami masa jenuh dan bosan, seakan apa yang disampaikan oleh pembicara tidak bisa masuk dan tergambar dengan jelas apa inti sari dari pembicaraan tersebut dan terkesan monoton.
Tapi masih ingatkan anda ketika seorang negarawan besar dunia Barack Obama Persiden negara adikusa memberikan perkuliahan di gedung Universitas Indonesia?? dia memberikan perkuliahan didalam sementara para demonstran dan pengawalnya bersiaga diluar gedung terkesima dan akhirnya menerima beliau, ada satu kata, “Sate” “Bakso”... kalimat singkat seperti sebuah bom besar yang dilepaskan ditengah-tengah para peserta kuliah hingga terdengar hiruk pikuk suara tertawa peserta. selanjutnya Bosan, jenuh, monoton pada lari entah kemana dan hingga perjalanan beliaupun lengang tanpa demonstran yang berarti.
Begitu pula halnya dengan beberapa pembicara ketika penulis mendengarkan sebuah pemaparan dari kepala BPPT yang awalnya penulis bosan, jenuh begiupun dengan peserta seminar, eh tiba-tiba sipembicara membawakan bahasa daerah jambi, dengan serta merta hiruk pikukpun terdengar membahana seisi ruangan. Begitu juga penulis merasa segar dan semangat kembali.
Dari pengalaman diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa daerah, seperti “sate” sebagai bahasa indonesia dibawakan obama, serta logat bahasa kedaerahan tidaklah dapat dilepaskan sebagai alat kmunikasi untuk membatu penyampaian pesan kepada masyarakat. Bhineka Tunggal ika pada dasarnya masih mendarah daging dihati sanubari masyarakat indonesia.
Kita coba melihat kondisi saat indonesia saat ini dimana pemimpin kita telah mengalami banyak sekali kritik-kritik pedas dan tajam sehingga kesulita menyampaikan pesan dan amanat kepada masyarakat, menurut penulis para pemimpin kita sudah mulai lupa bahasa komunikasi kedaerahan sehingga pesan yang disampaikan hanya menjadi bahasan baru yang diperbincangkan para tokoh elit poltik semata.

Data blankspot